Gambar :https://www.freepik.com

Metode pembelajaran daring memerlukan biaya tidak sedikit. Dari pihak siswa, tentu mereka harus memiliki perangkat untuk mengakses konten pembelajaran, sekaligus ini menjadi sarana komunikasi antara guru dan siswa. Perangkat dapat berupa telepon seluler (ponsel) maupun komputer/laptop. Hambatan implementasi sekolah daring terbesar ada di jenjang SD. Karakteristik sosial dan ekonomi siswa SD lebih beragam, bahkan sebagian besar siswa SD berasal dari kelas menengah ke bawah. Situasi ini tentu tidak memungkinkan untuk ‘memaksa’ mereka memiliki ponsel atau laptop. Lalu apakah kemudian mereka harus kehilangan kesempatan untuk belajar di rumah selama masa darurat ini? Di sisi lain, guru juga tidak dibekali dengan perangkat pembelajaran yang mendukung sistem pembelajaran daring. Perangkat tersebut, misalnya, modul yang memang disiapkan untuk memfasilitasi siswa belajar secara mandiri.